Ok... episode kali ini, lanjutan dari yang kemaren "KLARIFIKASI DAN PROKLAMASI ANTI SUAP" , jadi biar bisa faham, bacanya dari artikel klarifikasi dan proklamasi anti suap dulu ya... semoga
bisa membawa manfaat, hikmah atau apa saja, yg penting bisa berguna... selamat
menyimak..
Suap kecil di urusin
yg besar dibiarkan..??!!
Bukan masalah besar dan kecilnya jumlah uang yg diberikan
ataupun di terima, tp esensi dari huklum uang tersebut yg kita permasalahkan. Apa
kalau hanya seidkit jadi halal..?? Kalian pikir sendiri saja...
Kemudian, yg besar tidak bisa saya jangkau, saya mencoba
melakukan perubahan di masyarakat sesuai kemampuan saya, menyelidiki dan
menangkap pejabat korup bukan kapasitas saya, mengajak mereka juga bukan
sesuatu yg mudah bagi saya, karena untuk ketemu saja blm tentu bisa.. tapi
semoga saja, dari sarana artikel di blog ini, ada warga masyarakat, petani,
pedagang, polisi, tentara, pegawai atau bahkan pejabat yg mendapatkan hidayah
untuk melakukan perubahan, mengakhiri tradisi suap menyuap.
Jadi intinya saya melakukan apa yg mampu saya lakukan, krn
perubahan tidak harus dari atasan, gerakan moral dari bawah juga bisa menjadi
pemicu perubahan besar.
Ada ustadz / Kyai
tidak melarang duit tukon...!!!
Hadeeh.... hahaha... maaf, itu bukan kapasitas saya
menyalahkan atau memfatwakan sesuatu atas mereka, tp intinya Pintu rumah saya
terbuka untuk untuk melakukan diskusi, dialog, debat atau apa saja mengenai
masalah ini.
Atau kalau memang keukeuh memberikan pendapat bahwa “duit
tukon” itu halal, maka saya sarankan
melakukan judicial review atas UU korupsi yg melarang adanya money politic. Karena
kalau “Duit Tukon” ini di anggap halal, maka pemerintah telah berbuat Dzalim
karena mengharamkan bahkan mengancam dengan hukuman pidana atas sesuatu yang
dihalalkan... wani ora..?? Hehe....
====== ||| ======
Secangkir Kopi Dan Segelas Arak
Saat ngobrol santai dengan beberapa kawan, banyak masukan,
saran, usulan dan lain lain, yang semuanya didasari pada hasil pengamatan yg
terjadi di lingkungan masyarakat kita. Dari hasil ngobrol santi itu, ada sesutu
yg menarik karena hampir semua sepakat menangkap hal ini dalam analisa
pemikiran mereka.
Sebenarnya, banyak dari warga masyarakat ini yg tahu, sadar
dan faham bahwa “Duit Tukon” itu haram, tapi mereka pada akhirnya tetap
menerimanya, karena beberapa alasan, diantaranya :
1.
“Duit Tukon” itu sudah umum, hampir 99% warga
menerimanya dan menganggap hal itu sudah wajar.
2.
“Duit Tukon” itu menggoda, karena tanpa bekerja,
cukup dengan datang ke tempat pemilihan saja, sudah bisa dapat uang.
3.
“Duit Tukon” itu eman eman kalau di tolak,
sungkan juga sama yg ngasih kalau di tolak.
4.
“Duit Tukon” itu kalau tidak diterima, nanti
malah dimakan sendiri sama “Sabet / Calo” jadi mending di terima saja
5.
“Duit Tukon” itu kompensasi, karena itu
kesempatan bagi rakyat untuk menikmati uang calon pejabat, karena kalau nanti
jadi pejabat, belum tentu juga ingat sama rakyat yang memilihnya (ini rusak
rusakan ceritanya...)
6.
Dll.....
Berbagai macam alasan itu yg membuat orang menjadi mudah
tergiur/terperosok ke dalam lingkaran setan suap menyuap, padahal sebenarnya
banyak juga dari warga masyarakat yang sadar kalau menerima/menikamti “Duit Tukon”
ini adalah sesuatu yang salah.
Akhirnya kita bahas
lagi banyak hal, dan saya mengajukan usul yang pada intinya....
Saya berniat untuk mensedekahkan secangkir kopi, bagi warga yang
mau menjauhi Arak. Memberikan kompensasi, bagi mereka yg mau menolak “Duit
Tukon” akan tetapi masih belum bulat tekadnya, masih mudah tergoda dengan
rayuan “Duit tukon”.
Besarnya uang yang akan saya berikan, mungkin tidak
seberapa, bisa setengah dari “Duit Tukon” yang akan di bagikan nanti, atau bahkan
hanya seperempat. Memang tidak sama jumlahnya dengan “Duit Tukon” karena kalau
sama, nantinya bukan memancing kesadaran orang, akan tetapi hanya mengalihkan,
dan hanya akan sia sia saja nantinya.
Dan sementara ini, hanya saya berlakukan untuk warga di
RW.03 Desa Sekarsari, blm merambah ke lainnya, karena karakteristik masyarakat
di luar RW.03 belum saya fahami betul, maka butuh perencanaan lebih matang,
untuk menjangkau area yang lebih luas.
Saya bukan orang paling kaya, hanya saja saya merasa bahwa
apa yg Allah titipkan kepada saya sudah cukup, bahkan lebih. Karena itulah,
semoga apa yg saya niatkan ini akan di catat oleh Allah sebagai niat amal
Shaleh.
Tidak perlu menunggu menjadi paling kaya untuk bersedekah
Tidak perlu menjadi paling pandai untuk mengajar
Dan tidak perlu menjadi paling hebat untuk memulai suatu perubahan
Segelas besar arak tentu lebih menggoda, dibandingkan secangkir kopi
yang tek seberapa jumlahnya
Memilih secangkir kopi kita masih bisa berharap rahmat dariNya.
Tapi memilih arak akan membawa laknat dariNya.
Ini memang baru niat dari saya, sengaja saya kemukakan terlebih dahulu,
agar nantinya tidak terjadi kesalahpahaman, bila ada saudara atau tetangga atau
yang lainnya memiliki tujuan dengan jalan yang berseberangan dengan apa yg saya
tempuh ini.
Jika ini baik dalam pandangan Allah, semoga di mudahkan. Dan bila ini
tidak baik, semoga Allah berikan jalan terbaik untuk perubahan menuju ketaatan
kepadanya.
Mari Mulai Berbenah Diri...
Sekarsari, 16 November
2017
NB : Artikel ini murni dari penulis, di muat di blog paguyuban RT-RW desa sekarsari hanya sebagai sarana untuk memudahkan publikasi saja, isi dalam artikel ini sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar