KLARIFIKASI DAN
PROKLAMASI ANTI SUAP
By : Agung Dwi Wibowo
Sebelum
memulai bahasan tentang klarifikasi dan proklamasi, maka saya awali dulu dengan
sedikit cerita tentang beberapa rentetan atau kronologi kejadian yang menjadi
titik tolak pengambilan sikap yang “BERBEDA” dari pengalaman saya pribadi. Semua
yang akan saya kemukakan merupakan suatu pendapat subyektif dari saya, jadi
jika ada yang menilai saya tidak obyektif dalam menilai permasalahan ini, maka
benar adanya.
Saya mulai
terjun ke masyarakat secara langsung, semenjak saya pulang kembali ke desa,
setelah beberapa tahun saya pergi untuk menempuh pendidikan di kota Malang.
Pada awalnya
saya tidak mengetahui, bahwa kondisi yang berkaitan dengan suap menyuap ini
begitu menggurita di tanah kelahiran saya. Segala sesuatu begitu terasa jauh
dari idealisme yang saya pegang. Semua idealisme yang saya dapatkan, baik dari
hasil belajar di pesantren maupun masjid tempat saya tinggal selama kuliah, begitu
kental terasa bertolak belakang dengan realita yang terjadi dimasyarakat dimana
saya dilahirkan. Kondisi semacam ini, tentu saya sangat memprihatinkan,
terutama bagi saya pribadi, putra Asli Sekarsari, dimana bukan hanya saya dan
ayah yang lahir disini, tetapi, kakek, buyut dan canggah (sebatas yg saya
ketahui sampai canggah)dilahirkan dan dikebumikan di desa ini.
Akhirnya sayapun
bertekad, untuk mulai mengubah semua kondisi ini, meski saat itu, saya tidak
tahu harus memulainya dari mana.
Baik lanjut
ke pembahasan, sekarang klarifikasi berbagai pertanyaan dan juga tuduhan yg
dialamatkan kepada saya...
Saya pernah menerima suap
Iya benar,
saya pernah menerima suap... waktu itu masih awal awal saya pulang kembali ke
desa ini, ada tetangga yang memberikannya kepada saya. Saya masih ingat betul
waktu itu pemilihan ****** dan saya diberikan uang olehnya untuk memilih calon
tersebut. Saya tidak tahu harus berkata apa, tapi saya tahu itu uang suap, mau
menolakpun rasanya tidak enak, karena waktu itu memang tidak lazim orang
menolak ‘duit tukon’, mau menjelaskan juga rasanya tidak tepat waktunya, dan
berbagai alasan lainnya yang pada akhirnya membuat saya menerimanya....
Trus diapakan
uangnya...?? yang jelas tidak saya pakai untuk makan, atau memberi makan kepada
istri saya (waktu itu blm punya anak)
Pernah menerima suap kenapa sekarang begitu
getol jadi anti suap..??
Pertama tama,
baca yg di atas ya... kemudian, saya mengakui kesalahan yg saya lakukan,
ketidak tegasan saya waktu itu dan berbagai kelemahan saya lainnya, saya
bertaubat dan memohon ampun kepada Allah atas semua kesalahan saya.
Kemudian,
saat kita pernah melakukan kesalahan, bukan berarti kita tidak bisa
memperbaikinya dan terus menerus harus berkubang dalam kesalahan tersebut. Saat
kita telah menyadari kesalahan maka sudah sepantasnya kita berubah dan
memperbaiki diri.
Adapun keputusan
untuk menentang dan mengkampanyekan program anti suap ini, adalah sebuah
keputusan untuk mencari keredhoan Allah semata, mencoba memperbaiki apa yg
terjadi dalam diri saya dan lingkungan sekitar saya, sebab selain tanggung
jawab moral, kita sebagai ummat manusia juga memiliki tanggung jawab sosial. Dimana
mengupayakan kebaikan bagi kondisi masyarakat juga merupakan bagian dari
tanggung jawab sosial kita.
Lihatlah kekayaan
alam negeri kita, tidak ada tanah se subur tanah kita, bergbagai macam tanaman
dan buah buahan tumbuh di negeri kita ini. Lihatlah laut kita, aneka macam
jenis ikan melimpah ruah, lihatlah apa yg di kandung dalam perut bumi kita,
berbagai macam hasil tambang bisa di keluarkan dari dalam tanah kita.
Tapi dengan
berbagai macam Anugrah dari Allah itu, mengapa negeri kita tidak jadi negeri
yang makmur..?? Kenapa negara kita tidak menajdi negara kaya..?? bahka kian
hari, hutang luar negeri kita semakin menumpuk, entah sudah berapa ribu trilyun
hutang negara kita saat ini. Negeri dengan alam kaya raya, tp miskin dalam perekonomiannya.
Pastinya ada yg salah disini.
Dengan kondisi
semacam ini, maka sudah pantas bagi kita untuk ber muhasabah, introspeksi diri,
untuk kemudian mencoba memperbaiki setiap kesalahan yg mungkin menjauhkan kita
dari RahmatNya.
Beranjak dari
itulah, maka kesalahan/kemungkaran yg terang benderang di depan mata kita saat
ini, adalah maraknya suap menyuap diantara para pejabat, pengemban amanah
bahkan merebak hingga rakyat jelata seperti kita. Saking lumrahnya prosesi suap
menyuap ini, hingga diangaqp wajar, dianggap lumrah... lalu bagaimana mungkin
Allah menurunkan RahmatNya, jika dosa besar semisal suap ini menjadi sesuatu
yang lumrah terjadi, sesuatu yang biasa, bahkan menjadi budaya dalam masyarakat
kita...???
Merubah itu harusnya pelan pelan
Saya sepakat
dengan pendapat ini, tidak saya salahkan, hanya saja mungkin yg bilang begitu
blm faham dengan langkah langkah yg saya ambil.
Saya memulai
gerakan anti suap ini dari diri saya, istri saya, kelaurga saya baru kemudian
ke teman teman dekat saya, dan ini juga melalui proses yg panjang, ber tahun
tahun. Saat kelaurga dan teman teman dekat saya sudah mulai siap untuk
mengkampanyekan ini, barulah saya mulai untuk secara luas mensosialisasikan ini
ke masyarakat. Dan inipun sebenarnya masih terbatas, belum begitu luas, saat
ini baru di RW tempat saya tinggal
Hidup tidak usah cari masalah ikuti saja
arus kehidupan.
Bagi saya,
mengikuti arus kehidupi itu suatu keharusan bila bersesuaian dengan apa apa yg
Allah tetapkan. Saat jalannya arus kehidupan bertentangan dengan apa yg Allah
gariskan, maka saya itu adalah waktu bagi saya untuk mempertahankan prinsip. Bahkan
bukan hanya mempertahankan prinsip, akan tetapi saya akan berusaha untuk membumikan
ketetapan dari langit.
“Dan tidaklah Aku ciptakan
Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu” (Q.S adz-Dzaariyaat ayat 56).
Tugas kita
dalam hidup itu untuk beribadah kepadaNya, untuk mentaati perintahnya dan
menjauhi larangannya, bukan untuk mentaati keinginan masyarakat, bukan untuk
mengikuti kebiasaan pada umumnya. Karena Tuhan kita itu Allah, bukan masyarakat
atau yang lainnya.
Ingat.......
hanya ikan yang mati yang berjalan mengikuti arus air, dan hanya hati terkunci
yg tidak merasa risih dengan kemungkaran yang terjadi.
OK, kita Lanjut
besok/lusa, selain saya capek, yg baca juga bingung kalau kebanyakan ...☺☺
Tidak ada komentar:
Posting Komentar