Rabu, 15 November 2017

Secangkir Kopi Dan Segelas Arak


Ok... episode kali ini, lanjutan dari yang kemaren "KLARIFIKASI DAN PROKLAMASI ANTI SUAP" , jadi biar bisa faham, bacanya dari artikel klarifikasi dan proklamasi anti suap dulu ya... semoga bisa membawa manfaat, hikmah atau apa saja, yg penting bisa berguna... selamat menyimak..

Suap kecil di urusin yg besar dibiarkan..??!!
Bukan masalah besar dan kecilnya jumlah uang yg diberikan ataupun di terima, tp esensi dari huklum uang tersebut yg kita permasalahkan. Apa kalau hanya seidkit jadi halal..?? Kalian pikir sendiri saja...
Kemudian, yg besar tidak bisa saya jangkau, saya mencoba melakukan perubahan di masyarakat sesuai kemampuan saya, menyelidiki dan menangkap pejabat korup bukan kapasitas saya, mengajak mereka juga bukan sesuatu yg mudah bagi saya, karena untuk ketemu saja blm tentu bisa.. tapi semoga saja, dari sarana artikel di blog ini, ada warga masyarakat, petani, pedagang, polisi, tentara, pegawai atau bahkan pejabat yg mendapatkan hidayah untuk melakukan perubahan, mengakhiri tradisi suap menyuap.
Jadi intinya saya melakukan apa yg mampu saya lakukan, krn perubahan tidak harus dari atasan, gerakan moral dari bawah juga bisa menjadi pemicu perubahan besar.

Ada ustadz / Kyai tidak melarang duit tukon...!!!
Hadeeh.... hahaha... maaf, itu bukan kapasitas saya menyalahkan atau memfatwakan sesuatu atas mereka, tp intinya Pintu rumah saya terbuka untuk untuk melakukan diskusi, dialog, debat atau apa saja mengenai masalah ini.
Atau kalau memang keukeuh memberikan pendapat bahwa “duit tukon”  itu halal, maka saya sarankan melakukan judicial review atas UU korupsi yg melarang adanya money politic. Karena kalau “Duit Tukon” ini di anggap halal, maka pemerintah telah berbuat Dzalim karena mengharamkan bahkan mengancam dengan hukuman pidana atas sesuatu yang dihalalkan... wani ora..?? Hehe.... 

====== ||| ======

Secangkir Kopi Dan Segelas Arak
Saat ngobrol santai dengan beberapa kawan, banyak masukan, saran, usulan dan lain lain, yang semuanya didasari pada hasil pengamatan yg terjadi di lingkungan masyarakat kita. Dari hasil ngobrol santi itu, ada sesutu yg menarik karena hampir semua sepakat menangkap hal ini dalam analisa pemikiran mereka.

Sebenarnya, banyak dari warga masyarakat ini yg tahu, sadar dan faham bahwa “Duit Tukon” itu haram, tapi mereka pada akhirnya tetap menerimanya, karena beberapa alasan, diantaranya :
1.       “Duit Tukon” itu sudah umum, hampir 99% warga menerimanya dan menganggap hal itu sudah wajar.
2.       “Duit Tukon” itu menggoda, karena tanpa bekerja, cukup dengan datang ke tempat pemilihan saja, sudah bisa dapat uang.
3.       “Duit Tukon” itu eman eman kalau di tolak, sungkan juga sama yg ngasih kalau di tolak.
4.       “Duit Tukon” itu kalau tidak diterima, nanti malah dimakan sendiri sama “Sabet / Calo” jadi mending di terima saja
5.       “Duit Tukon” itu kompensasi, karena itu kesempatan bagi rakyat untuk menikmati uang calon pejabat, karena kalau nanti jadi pejabat, belum tentu juga ingat sama rakyat yang memilihnya (ini rusak rusakan ceritanya...)
6.       Dll.....

Berbagai macam alasan itu yg membuat orang menjadi mudah tergiur/terperosok ke dalam lingkaran setan suap menyuap, padahal sebenarnya banyak juga dari warga masyarakat yang sadar kalau menerima/menikamti “Duit Tukon” ini adalah sesuatu yang salah.

Akhirnya  kita bahas lagi banyak hal, dan saya mengajukan usul yang pada intinya....
Saya berniat untuk mensedekahkan secangkir kopi, bagi warga yang mau menjauhi Arak. Memberikan kompensasi, bagi mereka yg mau menolak “Duit Tukon” akan tetapi masih belum bulat tekadnya, masih mudah tergoda dengan rayuan “Duit tukon”.

Besarnya uang yang akan saya berikan, mungkin tidak seberapa, bisa setengah dari “Duit Tukon” yang akan di bagikan nanti, atau bahkan hanya seperempat. Memang tidak sama jumlahnya dengan “Duit Tukon” karena kalau sama, nantinya bukan memancing kesadaran orang, akan tetapi hanya mengalihkan, dan hanya akan sia sia saja nantinya.

Dan sementara ini, hanya saya berlakukan untuk warga di RW.03 Desa Sekarsari, blm merambah ke lainnya, karena karakteristik masyarakat di luar RW.03 belum saya fahami betul, maka butuh perencanaan lebih matang, untuk menjangkau area yang lebih luas.

Saya bukan orang paling kaya, hanya saja saya merasa bahwa apa yg Allah titipkan kepada saya sudah cukup, bahkan lebih. Karena itulah, semoga apa yg saya niatkan ini akan di catat oleh Allah sebagai niat amal Shaleh.  

Tidak perlu menunggu menjadi paling kaya untuk bersedekah
Tidak perlu menjadi paling pandai untuk mengajar
Dan tidak perlu menjadi paling hebat untuk memulai suatu perubahan

Segelas besar arak tentu lebih menggoda, dibandingkan secangkir kopi yang tek seberapa jumlahnya
Memilih secangkir kopi kita masih bisa berharap rahmat dariNya.
Tapi memilih arak akan membawa laknat dariNya.

Ini memang baru niat dari saya, sengaja saya kemukakan terlebih dahulu, agar nantinya tidak terjadi kesalahpahaman, bila ada saudara atau tetangga atau yang lainnya memiliki tujuan dengan jalan yang berseberangan dengan apa yg saya tempuh ini.

Jika ini baik dalam pandangan Allah, semoga di mudahkan. Dan bila ini tidak baik, semoga Allah berikan jalan terbaik untuk perubahan menuju ketaatan kepadanya.

Mari Mulai Berbenah Diri...
Sekarsari, 16 November 2017

NB : Artikel ini murni dari penulis, di muat di blog paguyuban RT-RW desa sekarsari hanya sebagai sarana untuk memudahkan publikasi saja, isi dalam artikel ini sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Welcome to my village

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Blog ini kami dedikasikan untuk perkembangan dan kemajuan desa kami tercinta : DESA SEKARS...