Istriku masih sibuk di dapur, menyiapkan sarapan pagi seadanya.
sementara si kecil menemaniku menyiapkan berbagai kelengkapan yang nanti akan
kubawa untuk menjemput rezekiNya. Barang barang yang dibutuhkan untuk service satu per satu masuk ke dalam tas punggung yang biasa kubawa kerja.
Sampai akhirnya suara istriku memecah konsentrasi.
Sampai akhirnya suara istriku memecah konsentrasi.
“Abi, Makan dulu, sarapan sudah siap”
Bergegas aku gendong si kecil menuju dapur, menyusul seruan
istriku untuk memenuhi tuntutan perut yang sedari tadi sudah berdemonstrasi.
“Ada makanan apa mi ?”
“Alhamdulillah ada nasi, sambal terasi dan tempe goreng”
Aku lihat ada sambal, 2 piring nasi dan 3 potong tempe goreng.
Tangan istriku bergerak, memberikan 2 potong tempe goreng ke piring nasi ku, dan
1 potong ke piringnya. Benakkupun terusik. Maka aku berikan sepotong tempe itu
ke piringnya, tp dia menolaknya dan meletakkan kembali tempe itu ke piringku. Akhirnya
akupun bertanya
“Umi cukup makan dengan sepotong tempe”
“Alhamdulillah, insyaAllah cukup bi, abi saja yang makan
banyak, hari ini abi kerja, butuh tenaga lebih”
“Ya sudah, mari makan, disyukuri saja apa yang ada sekarang,
insyaAllah nanti Allah akan ganti dengan yg lebih baik”
“Aamiin” sahut istriku.
Selesai makan, aku kembali ke tas ransel kerjaku, menyiapkan
beberapa barang yang tadi belum sempat aku masukkan kedalam tas. Setelah semuanya
selesai, maka aku bergegas mengambil helm dan menuju ke motorku...
Si kecil sudah sibuk di samping motor, krn kebiasaannya,
setiap aku mau berangkat kerja, si kecil minta naik motor dulu, jalan beberapa
puluh meter kemudian kembali ke rumah. Saat motorku tiba di depan rumah, istriku
sudah ada disitu, memberikan hp, dompet dan mengambil si kecil dari motor. Kemudian bertanya.
“Abi, uang didompetnya kosong ?” akupun menjawab
“Iya tidak apa apa, bensin motor masih cukup untuk pulang
pergi ke tempat tujuan”
Istrikupun menjawab
“Uang belanja umi juga sudah habis bi, ini sisa Rp.5.000,-. Abi saja yang
bawa, takutnya nanti di jalan butuh sesuatu”
Kupandangi istriku, rasanya ingin menangis saat itu, tapi aku
tahan, karena aku harus segera berangkat kerja. Aku hela nafas dalam dalam..
“Mi... InsyaAllah nanti abi akan bawa uang, nanti abi akan
bawakan ayam goreng untuk makan siang kita, abi berangkat dulu”
“Aamin... iya hati
hati”
“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
Di tengah perjalanan aku berfikir, jika hari ini uang
tagihan service tidak bisa cair, aku akan jual HP. Pokoknya hari ini aku harus
belikan ayam goreng untuk istriku. Aku akan ganti uang belanja istriku. Dan suatu
saat nanti, jika Allah mudahkan rezki, uang Rp.5.000,- ini akan aku ganti ribuan
kali lipat. Tak terasa, di tengah berkecamuknya fikiranku, air mataku menetes. Doa-doa selama perjalanan tak henti hentinya terucap dalam hati. Berulang kali
kalimat “Berikan kesempatan aku menggantinya ya Allah” bergema dalam fikiranku.
<<< =========
>>>
Hasil pekerjaan hari ini jauh dari perkiraan, semua tagihan
bisa cair bahkan aku menerima bonus dari salah satu instansi pemerintah karena
berhasil memperbaiki komputer yg penuh dengan data penting tanpa ada data yang hilang. Beberapa ratus
ribu aku dapatkan hari ini, hasil yang sangat besar bagiku saat itu.
Bergegas aku membereskan barang barangku, mencari warung dan
membeli 2 bungkus nasi serta beberapa potong ayam goreng, tak sabar rasanya
untuk segera pulang dengan membawakan ayam goreng untuk istriku.
Beberapa menit sebelum dzuhur aku sampai di rumah, aku
serahkan nasi, ayam goreng dan semua uang yang aku dapatkan hari ini untuk
istriku. kemudian aku bergegas ke masjid.
Sepulang dari masjid, makanan sudah disiapkan oleh istriku,
kita makan berdua saja, karena si kecil sedang tidur.
“Uangnya sebagian di tabung ya bi, sisakan sedikit untuk
modal nanti, kalau abi bisa menyediakan sparepart sendiri, kan gak repot kalau
ada service-an” usul istriku
“Benar juga mi, siapa tahu nanti kita bisa punya toko
komputer” sahut ku sambil nyengir sebagai
tanda kalau sebenarnya itu candaan saja, karena bagi kami waktu itu, toko
komputer itu sesuatu yang sangat jauh untuk di jangkau.
“Aamiin” sahut istriku dengan serius.
<<< =========
>>>
Alhamdulillah, usaha yang aku jalani saat ini berkembang
pesat, mulai dari tukang service panggilan, sedikit demi sedikit menyediakan
sparepart komputer, hingga setahun kemudian kami memutuskan untuk menyewa bangunan toko yang ada di pinggir jalan raya.
Kurang dari setahun kami menyewa toko, ada yang datang ke tempat kami menawarkan tanah yang lumayan luas, lokasinya tidak jauh dari bangunan toko yang kami sewa. Alhamdulillah saat itu Allah titipkan rezeki, hingga kami bisa membeli tanah itu dan kami putuskan tidak memperpanjang sewa toko yang sebentar lagi jatuh tempo. Uang yang tersisa kami gunakan untuk membangun sebuah ruko dan akhirnya sebuah “Toko Komputer” yang beberapa tahun lalu sepertinya mustahil bisa kami wujudkan bisa kami miliki. Jika Allah berkehendak, tidak ada yang tidak mungkin.
Kurang dari setahun kami menyewa toko, ada yang datang ke tempat kami menawarkan tanah yang lumayan luas, lokasinya tidak jauh dari bangunan toko yang kami sewa. Alhamdulillah saat itu Allah titipkan rezeki, hingga kami bisa membeli tanah itu dan kami putuskan tidak memperpanjang sewa toko yang sebentar lagi jatuh tempo. Uang yang tersisa kami gunakan untuk membangun sebuah ruko dan akhirnya sebuah “Toko Komputer” yang beberapa tahun lalu sepertinya mustahil bisa kami wujudkan bisa kami miliki. Jika Allah berkehendak, tidak ada yang tidak mungkin.
Saat pengurusan surat surat tanah dan bangunan toko, aku teringat akan uang Rp.5.000,- istriku. maka
dengan mantap hati, surat surat tanah dan bangunan toko komputer aku urus atas
nama-kan istriku.
Beberapa tahun kemudian, Alhamdulillah kami bisa beli tanah lagi, aku bermaksud membangun gudang barang, karena di toko sudah terlalu sesak dengan barang dagangan. Tapi dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kami membangun sebuah rumah, membangun rumah lagi yang InsyaAllah nanti akan jadi tempat usaha toko OL, rumah minimalis 2 lantai. Saat
pengurusan surat surat tanah, akupun teringat kembali dengan uang Rp.5.000,-
itu, dan rumah itupun sekarang atas nama istriku.
Mungkin istriku sudah lupa dengan rentetan kejadian ini, tentang uang Rp.5.000,- tentang masa masa sulit bersamaku, tapi aku tak akan pernah melupakannya. Aku sadar sepenuhnya. Toko, rumah, tanah yang aku berikan untuk
istriku, tidak akan bisa menggantikan ketulusan istriku. Tapi disini aku hanya
ingin selalu bisa mengingat, bahwa Allah mendengar doa doa kita, Allah wujudkan
doa dan harapan kita dengan caraNya, dan Allah akan gantikan ketulusan kita
dengan jumlah yang tak ternilai.
Idris A
Idris A